
Opung, alias kakek dalam bahasa batak. Saya tergugah untuk mencurhatkan tentang opung yang menjadi tetangga kos saya. Miris hati saya, tak tega... hanya bisa sebatas itu. Di hari tuanya yang sudah mulai layu dan ringkih beliau hidup kesepian, sendiri. Entah apa salahnya pada masalalu sampai ia dibiarkan seperti ini oleh anak-anaknya. Setiap hari ia mencari sendiri kesibukannya, mencari dan mencari. Mencari teman untuk menemaninya. Saya sampai hafal dengan jadwalnya setiap hari, beliau bangun dipagi hari kemudian keluar dari kamarnya untuk nongkrong di tempat orang yang sebenarnya bukan siapa-siapanya, untung mereka bisa sedikit peduli dengan keadaan opung. Diantarkan oleh mereka sepiring makanan setiap pagi, ini seharusnya dilakukan oleh anaknya. Jangankan untuk itu, menyambanginya pun bisa dibilang jarang sekali. Anaknya hanya mengutus seorang anak buahnya untuk melihat keadaan opung, oh miris sekali melihat ini. Kembali ke jadwal opung, kemudian setelah seharian ngobrol dengan orang-orang disekitar kos setelah jam siang ia kembali ke kamarnya, berjalan tertatih dengan kaki menyeret debu menuju kamarnya diujung pojok kosku.. Kemudian ia tidur dan bangun di sore hari, kemudian keluar lagi untuk mengulangi kegiatannya seperti pagi dan kembali setelah larut malam. Begitu setiap hari beliau lalui. Menurut yang saya dengar dari ceritanya, beliau memiliki anak di luar negeri, dan satu lagi ada di bali. Tapi entah mungkin karena kesibukannya sampai tak sempat menjenguk ayahnya. Kasihan sekali hidup opung, seperti hidupnya terseret oleh usia tak ada yang membantunya berjalan. Semoga tulisan ini memberikan gambaran kepada kita bagaimana seharusnya orang tua diperlukan. Ini juga menjadi cambuk acuan bagi saya, setelah apa yang orang tua saya lakukan selama ini, semoga saya tidak pernah menelantarkan mereka sehingga menjadi seperti keadaan opung. Semoga di hari tuanya mereka bisa duduk menikmati hidupnya dan berjalan dengan memegang kedua tangan saya, jika saya ingat ini tetes air mata tak tertahan untuk keluar. Dan untuk opung semoga anak-anaknya bisa segera sadar untuk membantunya bangkit dari seretan hari tuanya. Amin...!!
Written by aNno
Denpasar, Januari 22, 2012.
Thanks dah sempetin waktunya baca artikel
Si Opung. Jangan lupa tinggalin jejak ya di kolom komentar! Mari budayakan menghargai dan menghormati karya tulis orang lain dengan tidak copy paste...
Salam hangat,
Mas Nano
Minggu, 22 Januari 2012
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar anda!